Ruang Aksara

Mengapa Rami tidak Jadi Tuhan?

Namaku Rami, usiaku 35 tahun. Sedari aku menikah semua orang di sekelilingku mendikteku, menjabarkan padaku, memberikan daftar padaku tentang menjadi istri dan ibu. Kalau salah sedikit saja mereka menudingku sebagai pendosa, mereka bilang aku durhaka pada suami dan tidak mampu menjadi ibu yang baik.

Suatu ketika aku ingin berpisah, aku ingin bahagia. Kukatakan pada ibuku, “mas Ri tidak butuh istri, is butuh pembantu yang mau ditiduri”. Ibu menamparku.

Aku selalu bertanya-tanya, mengapa mereka memintaku jadi perempuan, ibu dan istri yang sempurna? Bukankah dengan menjadi sempurna kita menjadi tidak butuh siapa-siapa? Mengapa aku tidak menjadi Tuhan sekalian?

Aku ingin suamiku mengantarku ke arisan bersama kawan-kawan seperti para suami kawan-kawanku, bahkan ada yang menemani. Aku ingin sesekali ia mengantarku ke kantor, atau bersama-sama mengantar anak kami ke sekolah. Aku ingin sesekali ia ke warung membeli beras, atau gula. Melakukannya tanpa bersungut, tapi, “baiklah sayang. Sebentar setelah pekerjaanku selesai.”

Sesekali kita akan bersih-bersih rumah bersama, jadi ketika ibumu datang kalian bersama tidak akan menudingku tidak becus mengurus rumah. “Ayo sayang, rapihkan rumah, kita mau kedatangan tamu.”

Atau kita kencan, kamu merangkulku di depan mereka. Kita tertawa-tawa seperti bocah, kita saling menggoda dan memaki seperti kawan. Aku ingin kami sesekali lepas dari barang berteknologi tinggi, tidur-tiduran di sebuah taman, menceritakan pengalaman di kantor, ketika rapat atau rencana liburan. Namun seringnya kita di kasur, tanpa pakaian atau mendengkur. Bahkan serumahpun kita jarang bertegur. Kamu dan bangku biru kesayanganmu, di depan layar laptopmu, dan aku melangkah entah kemana. Yang kamu tahu, aku pulang malam. dan mereka bergunjing. Kamu malu dan memarahiku.

Aku Rami, minta bercerai dari suamiku. Mereka bilang aku lupa kodratku. Mereka bilang gaya hidupku ketinggian makanya suamiku tidak mampu memenuhi isi rekening bank-ku.Mereka bilang aku tidak becus mengurus rumah tangga, pantas dibuang suami.

Aku Rami, usia 35 tahun, telah bercerai dari suami. Aku bekerja sebagai wirausahawan, seorang ibu dari anak laki-laki lucu yang tidak bisa tidur sebelum mendengar suara detaj jantung atau dongeng malamku. Mantan suamiku menjadikanku sempurna, tidak membutuhkannya. Maka kini aku bahagia, kami hidup berdua.

Tinggalkan komentar